Sejarah Desa
pada jaman dahulu, desa Bangsa masih berupa hutan belantara daan tidak diketahui secara pasti siapa yang telah membuka hutan tersebut untuk di tinggali.
pada masa penjajahan Belanda pada abad ke XVII (tujuh belas) lewatlah di wilayah ini prajurit mataram utusan dari Sultan Agung Hanyokro Kusumo yang dipimpin oleh tumenggung bahu rekso, bahu dendo dan lain-lain, mereka bermaksud mengusir belanda di Batavia. berangkat dari mataram melalui jalur selatan menuju ke medan perang di batavia melawan penjajah belanda di batavia. setelah sekian lamamelaksanakan tugas, maka pulanglah prajurit tersebut ke mataram lewat jalur utara, namun ada beberapa prajurit yang tersesat sehingga lewat jalur selatan.
dan secara kebetulan prajurit yang lewat jalur selatan berpapasan dengan prajurit mataaram yang akan menggantikan mereka ke batavia untuk mengusir penjajah belanda, maka terjadilah sakwa sangka oleh prajurit yang akan berangkat ke batavia, dan mengira bahwa prajurit yangtersesat tersebut adalah mata-mata belanda, maka terjadilah perselisihan yang berujung saling serang antara sesama prajurit mataram. sebenarnya prajurit yang hendak kembali ke mataram mengatakan bahwa mereka adalah prajurit mataram yang hendak kembali dari peperangan melawan penjajah belanda di batavia, namun tersesat sehingga tidak melawti jalur yang di perintahkan oleh raja mataram untuk melewati jalur utara, tetapi prajurit mataram yang akan berangkat ke batavia tidak mempercayainya. dan pertempuranpun tidak bisa terhindarkan, prajurit yang akan kembali ke mataram terdesak sehingga mereka melarikan diri ke wilayah utara, dan ada sebagian dari mereka yang masih hidup dan menjadi tawanan prajurit mataram yang hendak ke batavia, da terjadi dialog di antara mereka : cobalah perlihatkan kepada kami bukti bahwa kalian adalah benar-benar prajurit mataram? maka prajurit yang tersesat menjawab : inilah buktinya bahwa kami benar-benar prajurit mataram, sambil memperlihatkan perbekalan berupa telur kamal (ndog kamal) dan sadarlah prajurit yang dari mataram bahwa perbekalan yang mereka bawa sama, maka timbulah penyesalan yang amat sangat, bahwa mereka berperang dengan sesama prajurit mataram, maka untuk mengingat peristiwa tersebut, tempat peristiwa yang terjadi di tempat tersebut di namakan Bangsa. (pada-pada perang karo bangsane dewek)
bukti sejarah bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi peperangan, adalah adanya pekuburan masal tempat dimakamkan prajurit yang telah meninggal di pekarangan tanah milik kyai Muhammad idris, yang lokasinya berada di Rt 01 Rw 04, yang di kenal oleh masyarakat desa Bangsa dengan sebutan Setana dawa. kemudian senjata-senjata mereka di kubur di tempat terpisah yang tidak jauh dari makam setana dawa, yang terkenal dengan penembahan kalabahu, konon kala bahu adalah nama dari senjata meraka yang berupa tombak. dan bukti bahwa adanya perundingan untuk memperlihatkan bukti bahwa mereka membawa perbekalan ndok kamal maka ada petilasan yang dinamakan penembahan kamal.
sebelumnya desa Bangsa sudah ada pemerintahan, tercatat menurut riwayat Kepala desa pertama adalah Bangsa Witana yang memerintah dari tahunpada 1905 sampai dengan tahun 1928. beliau wafat tahun 1933 dan di makamkan di pekuburan prigi berdampingan dengan makam pengawalnya, dan sampai sekarang masih terawat dengan baik. kepala desa selanjutnya adalah Bapak Madurat, yang memerintah dari tahun 1928 sampai dengan 1945,beliau adalah kepala desa pertama yang dipilih secara langsung oleh masyarakat, dengan cara memasukan biting ke bumbung (potongan bambu) yang diletakan di belakang tempat duduk masing masing calon kepala desa. beliau meninggal dunia dan di makamkan di desa adisana yang merupakan tanah kelahirannya. kepala desa yang ketiga adalah bapak Jemirun yang memimpin dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1978, beliau adalah kepala desa pertama sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia. sepeninggal bapak jemirun terjadilah kekosongan kepala desa dan ditunjuklah kepala desa cartiker yaitu bapak Sadikun, beliau adalah anggota TNI yang ditunjuk oleh bupati Banyumas, tahun 1979 sampai dengan tahun 1981. dan dengan diberlakukannya Undang-Undang nomor 5 tahun 1979 tenteng Pemerintahan desa, maka Bapak Sadikun mengadakan pemilihan kepala desa Bangsa secara langsung, dan terpilihlan Bapak M.Suparno, yang memerintah dari tahun 1981 sampa dengan tahun 1989, kepala desa berikutnya adalah Bapak Pryo Prayogi yang memerintah dari tahun 1990 sampai dengan tahun 1998, setelah berakhirnya kepemimpinan beliau tidak langsung mengadakan pemilihan kepala desa, sehingga terjadi kekososngan pejabat kepala desa, maka untuk mengisi kekosongan pejabat kepala desa pada waktu itu, ditunjuklah oleh bupati Banyumas selaku yang menjalankan tugas kepala desa adalah Bapak Sapto Budi Waluyo yang waktu itu menjabat sebagai Sekdes. dibawaqh kepemimpinan beliau diadakan pemilihan kepala desa yang berikutnya, dan terpilihlah Bapak Turakhman yang memerintah dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2007, dan terpilih kembali pada periode berikutnya yang memerintah dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013, kepala desa berikutnya adalah Bapak Kuat Sugiyo yang terpilih dari tahun 2013 sampai periode 2019.
demikian sejarah singkat desa Bangsa.